Target Januari 2008: lengser sebagai penimbun!

Posted on

Aku sudah menyebarkan pengumuman pada seisi rumah (yang isinya ya cuma aku dan Leo) kalau:

Mulai tanggal 1 Januari 2008, semua anggota rumah tangga (yang juga cuma 2 orang) harus menghabiskan bumbu dari kotak (merk Knorr, Honig, Maggi, Conimex, Edah, Super de Boer dsb dll dst etc enzovort…). Pengumuman ini akan dicabut kalau timbunan bumbu tersebut sudah habis!!! Suka atau tidak suka, anggota rumah tangga harus tunduk pada peraturan tersebut. Tertanda: Sri (presiden dapur). PS. Boleh melenceng dari ketentuan hanya untuk weekend. Catatan lain: Setelah timbunan bumbu kotak habis, anggota rumah tangga dilarang keras membeli bumbu kotak lagi kecuali dalam situasi kepepet. Definisi “kepepet” dirumuskan kemudian!!

Adakah dampak untuk para MPers lainnya? TENTU SAJA ADA. Muhun maap untuk sementara waktu tidak nyontek resep dari para MPers seluruh dunia.

Lha gimana, wong yo jengkel jé. Lha kok bumbu-bumbu kotak banyak banget di rumah, kayak penimbun. Dulu memang sebelum menikah, Leo masak sendiri (karena dia memang sudah lama tidak tinggal serumah dengan mami. Biasa kan, Londo kan pisah rumah begitu sudah beranjak dewasa). Karena pulang kerja sudah capek tapi masih harus masak untuk dinner, akhirnya untuk menyingkat waktu, dia pake bumbu kotak merk Knorr, Honig, Maggi dsb.

Begitu menikah, aku mengambil alih posisinya sebagai presiden dapur yang artinya semua kekuasaan atas bumbu berada di tanganku. Aku nggak suka bumbu-bumbu kotak karena menurutku kok nggak seger gitu. Aku lebih suka pake bumbu segar daripada yang dari kotak. Jadi aku jarang banget pake bumbu kotak.

Kalau bumbu kotak isinya bumbu bule (kayak champignonsaus, bechamelsaus dll) rasanya masih memper di lidah (apa bahasa Indonesianya memper? Pokoknya masih bisalah diterima oleh lidah. Paling enggak setelah ditambahi bawang bombay, garlic, daun bawang atau prei masih eatable). Tapi begitu bumbu Asia (kayak bami goreng, teriyaki dll), pusing juga aku ngrasainnya. Rasanya plain banget, atau malah nggak jelas ngalor ngidulnya.

Pernah suatu kali Leo masak bakmi goreng pake bumbu kotak (lupa merknya, mungkin Conimex atau Maggi). Dia begitu bangganya dengan hasil masakannya. Padahal aku bingung rasanya, ini bakmi goreng atau chicken Madras kok rasanya aneh gini. Aku nggak tega mau kasih tahu dia kalau aku nggak suka. Waktu dia tanya komentarku, aku balik tanya:

“Kamu pake bumbu kotak ya?”

“Iya….gimana menurutmu…..?” Dia begitu antusias ingin mendengar komentarku (yang sebetulnya pengin dengar pujianku).

“Lain kali kalau masak mendingan pake bumbu segar saja. Rasanya lebih fresh….Kamu kan pinter kalau masak pake bumbu segar” (kalimat terakhir aku ucapkan supaya dia nggak patah hati mendengar komentarku).

Karena bumbu-bumbu tersebut jarang aku pake (dan geblegnya aku juga kadang beli karena penasaran kayak apa rasanya), akhirnya bumbu-bumbu itu menumpuk. Belum lagi kalau di supermarket kadang Leo pengin juga beli apalagi kalau ada korting (tapi untung sekarang setelah terbiasa dengan bumbu segar, keinginannya untuk beli bumbu kotak sudah jauh berkurang). Tapi walaupun punya bumbu kotak, tetap saja aku lebih sering pake bumbu segar.

Karena dibuang sayang, akhirnya mulai tahun ini sebagai presiden dapur, aku memutuskan secara sepihak untuk menghabiskan bumbu-bumbu tersebut (dibilang otoriter ya biarin!). Tadi sudah mulai milih-milih mana yang masih bisa dipakai dan mana yang memang nggak bisa dipake sama sekali.

Catatan: Gambar di atas adalah contoh saja. Timbunan masih banyak.

Ini salah satu contoh bumbu Teriyaki yang isinya bubuk saus untuk merendam, bubuk saus teriyaki dan beras Jepang. Orang Belanda memang di
manja banget sama bumbu-bumbu kotak kayak gini. Rasanya? Plain banget, itu komentar Leo. Dia mengatakan plain setelah aku bikin teriyaki-teriyaki-an (wong bukan teriyaki beneran karena modalnya cuma kecap kikkoman, minyak wijen, bawang bombay, kecap manis, jahe, gula pasir, jeruk nipis, paprika dan wijen sangrai, terus apa lagi lupa). Menurut dia teriyaki-teriyaki-an bikinanku (ini juga nyontek salah satu MPer walaupun nggak lengkap nyonteknya, wong nggak pake sake dsb) jauh lebih enak daripada Teriyaki Merk Knorr.

81 responses »

  1. iniaku said: hihihihi… aku udah lamaaaaaaaaaa gak pake bumbu kotak/sachet.. enakan ngulek sendiri 😀

    Betul…aku setuju. Repot dikit (kadang banyak juga ding…hi..hi..hi…) tapi hasilnya memang mantap….

    Reply
  2. sufiyahni said: hai sri, apa kabar? thanx udah dikasih mampir selasa kemaren..hehehe… memang bikin sendiri lebih enak daripada yang kotak, tapi yang kotak lebih praktis..hihihihi.. gue juga punya banyak kotak Knorr itu… kalo lagi males masak, gue pake itu juga… lagian tahun baru ini, gue juga udah bilang ama tom gak mau masak banyak banyak lagi.. dia juga minta gue gak beli toetje lagi..hehehe.. katanya perutnya udah mbull..hhehehe… gue juga gak serajin loe yang bisa seharian ngerjain bumbu di dapur..hihihi.. harus bagi bagi waktu sama maxie dan kalo lagi gak apes… tidur siang..hihihi.. btw, gak apa apalah punya bumbu gitu, kalo lagi males bikin bumbu, kan lumayan praktis..hehehe..salam yah………

    Thanks ya atas kunjunganmu. Sorry waktu itu aku nggak bisa nyediain apa-apa, soalnya kamu bilangnya mendadak sih. Jadi aku nggak siap-siap bikin cake ataupun oliebollen.Aku sendiri juga mengurangi bikin cake (soalnya nggak bakalan bikin koekje karena Leo nggak suka. Dia lebih suka taart daripada koekje). Kalaupun bikin aku akan nyari resep yang irit telur dan mentega. Maklum sudah makin tua, harus ati-ati dengan kolesterol.Sebenarnya sih cepet kok bikin bumbu terutama untuk bumbu masakan Eropa. Misalnya untuk bikin lasagna nggak sulit dan cepat bikinnya. Yang lama kan cuma manggangnya saja. Dan inipun juga bisa ditinggal kan? Bumbunya gampang asalkan kita punya oregano bubuk dsb Rasanya juga lebih mantap menurutku. Kalaupun pake bumbu instant kan tetap saja nambahin bawang bombay dsb supaya rasanya pas di lidah.Kalau untuk masakan Indonesia asalkan kita selektif milih menunya juga cepet bikinnya. Karena males, aku pake stafmixer untuk menghaluskan boemboe. Jadi kalau mau bikin nasi goreng juga cepet. Apalagi kalau masakannya tinggal menumis, gampang dan cepet….

    Reply
  3. sufiyahni said: btw, sri. kalo loe mau cepet habisin bumbu kotak itu, kirim ke gue aja..hehehehe… loe ada alamat gue kan…hihihihi.. 🙂

    Harusnya waktu itu kita langsung tukeran ya. Kok nggak kepikiran waktu itu. Soalnya waktu itu pikiranku cuma satu, dikau mau datang tapi aku nggak punya suguhan. Jadi inget aku, kemarin ternyata aku nemu tepung untuk pisang goreng. Jadi dobel nih…masak dibalikin kayak nggak menghargai yang ngasih…Tapi mungkin dengan cara menghabiskan stok, aku menjadi terdidik untuk tidak main ambil saja kalau di supermarket. Sebetulnya yang konsisten malah Leo. Kalau dia beli, dia mau makan kecuali kalau nggak enak, baru dia buang.

    Reply
  4. elkaje said: semoga aturan ini ditaati oleh para penghuni Sri… soale..biasane… yang melanggar yang bikin aturan. hahahaha… iya..pakai bumbu segar, lebih enak bisa di setel2…

    Memang betul…yang biasanya melanggar adalah yang bikin peraturan. Jadi kalau aku lolos ujian ini, aku bisa terjun ke dunia politik ya…hi…hi…hi…Sebenarnya yang konsisten itu justru Leo. Kalau dia beli sesuatu, pasti dia makan. Baru kalau nggak enak dia buang.

    Reply
  5. multa2001 said: dulu juga aku suka pake bumbu instant………..tapi lama lama emang enakan bumbu seger ya….btw mba Sri, tinggal nya di kota apa sih……..ponakan ku mo sekolah di Nijmegen…..jauh gak dari tempatnya mbak Sri?……….mudah2an aku sempat nengokin ponakan dan kopdar dengan mbak Sri…

    Betul…bumbu segar memang lebih mantap….Mbak Lily mau ke Belanda ya? Kapan nih mbak? Aduh seneng banget kalau kita bisa kopdar. Nijmegen kalau dari tempatku (Krimpen) sekitar 2,5 jam (walaupun harus naik turun kendaraan 3 kali. hi…hi…hi…). Nanti aku ke Nijmegen deh ketemu mbak Lily….

    Reply
  6. widyahidayat said: Setuju mba….Sejak Operasi Kista hampir dua tahun yang lalu, aku sama sekali tidak mengkonsumsi bumbu instant seperti ini, hehe… Satpam nya galak (a.k.a Mami ku), hehehe…Sebenarnya rindu banget, tapi demi Hidup yang Lebih Sehat, say gudbai ajalah…Salam Hidup Sehat

    O iya, betul. Untuk kesehatan memang mendingan mengkonsumsi bumbu segar. Memang sih katanya bumbu-bumbu kotak produksi sini nggak pake MSG, tapi kan lebih mantap kalau bikin bumbu sendiri ya karena tahu persis bahan apa saja yang kita pakai. Kita bisa mengontrol bahan-bahan yang kita gunakan. Salam hidup sehat juga….

    Reply
  7. lelyimoetzz said: yaa ampyuuun bu Presiden, itu timbunan buanyaaak beneeer yaaa;-) kalo bingung ngabisin kirim aja ke Lely ditanggung cepet abis mbak hihihi………….

    Ngirimnya sama energi untuk ngepak segala malah lebih tinggi daripada harga bumbunya. hi…hi…hi…

    Reply
  8. 3astwest said: waaahhh ibu presiden ngambek nih hhehehehe….mba sri, gw juga kurang suka bumbu jadi…toss!

    Toss juga…memang lebih mantap bumbu segar…..

    Reply
  9. 3astwest said: waaahhh ibu presiden ngambek nih hhehehehe….mba sri, gw juga kurang suka bumbu jadi…toss!

    Masakan kotak….bumbu kotak…jangan jadi manusia kotak lho mbak… hehehe… ayo semangat… habiskaannn…. :))

    Reply
  10. andracharoen said: Masakan kotak….bumbu kotak…jangan jadi manusia kotak lho mbak… hehehe… ayo semangat… habiskaannn…. :))

    Terimakasih Andra untuk semangatnya. Dengan cara ini (menghabiskan stok), ternyata juga mendidik diriku sendiri untuk konsisten, tidak main ambil saja kalau nanti ke supermarket kemudian cuma ditumpuk. Kalau aku kasih orang lain untuk ikutan “bertanggung jawab” karena ulahku ini, aku akan mengulang perbuatanku lagi. Baru beberapa hari saja, wis rodo eneg jané makan bumbu kayak gini, tapi dengan cara ini, aku jadi tahu kalau lain kali aku nggak boleh mengulangi lagi….pancen aku kudu di-kapok-ké…dudu kapok-kapok lombok…hi…hi…hi…

    Reply
  11. andracharoen said: Masakan kotak….bumbu kotak…jangan jadi manusia kotak lho mbak… hehehe… ayo semangat… habiskaannn…. :))

    good luck mba…hehekalo blenger,take a break lah mba,ojo di paksain..:))

    Reply
  12. mamahanna said: good luck mba…hehekalo blenger,take a break lah mba,ojo di paksain..:))

    Terimakasih…terimakasih…Memang betul nggak bisa dipaksain, daripada malah muntah ya. Makanya nih Sabtu-Minggu mau makan yang lain. Misalnya gado-gado atau soto dengan bumbu bikin sendiri….

    Reply
  13. mamahanna said: good luck mba…hehekalo blenger,take a break lah mba,ojo di paksain..:))

    hihihi barisan bumbu kotak!! banyak banggets sih mbak. Juraganku suka ngomel klo aku beli bumbu jadi. Dia lebih suka yg natural en menghindari buatan pabrik.Selamat menghabiskan bumbune yo mbakk, lumayan gak usah nguleg!!! :):):)

    Reply
  14. mamahanna said: good luck mba…hehekalo blenger,take a break lah mba,ojo di paksain..:))

    Yg aku beli itu bumbu merk Sajiku-produknya Ajinomoto & tentu aja ono MSGnya… makane meskipun bumbu instant rasane cukup enyak. Tapi mandeg ae ah tuku bumbu instant, nek mulih mending mborong santan Kara bubuk ae & bahan2 baking.Aku dadi kelingan sedulurku di negoro londo juga yg memang kalo makan kok “plain” banget yo… godog2an kabeh… kentang, kol… trus masak daging yo meng dibumbuin garem karo merico… bener sing mbak Sri ngomong, mrk males masak sing angel2, lebih fokus ke kegiatan lain ya (gardening & outdoor activities) daripada didapur terus…

    Reply
  15. ekani said: hihihi barisan bumbu kotak!! banyak banggets sih mbak. Juraganku suka ngomel klo aku beli bumbu jadi. Dia lebih suka yg natural en menghindari buatan pabrik.Selamat menghabiskan bumbune yo mbakk, lumayan gak usah nguleg!!! :):):)

    Thanks ya Ekani atas semangatnya….Pancen ora usah nguleg. Aku berusaha untuk disiplin supaya cepat habis. Dengan cara ini, aku jadi sadar, lain kali nggak bisa kok asal ambil walaupun itu harga korting. Tadi aku pake boemboe Maggi dagschotel yang harus dicampur dengan rundergehakt, wortel dan buncis. Harusnya rundergehakt nya 350 gram, tapi cuma aku kasih 50 gram (sekedar untuk flavour saja) karena kami kan nggak bisa makan daging terlalu banyak. Aku malah tambahin juga courgette. Bumbuné aku tambahi macem-macem termasuk cabe segala…he…he…he…Lha wong yo eneg jé karena ketika aku icipi kok ada rasa susunya. Ya sudah aku tambahin cabe segala supaya rasanya lebih light nggak mblengeri. Kata Leo rasanya malah jadi enak. Karena masih sisa, jadi besok siang bisa untuk lunch sebelum ke pasar. Mau ke pasar nggak besok?

    Reply
  16. erm718 said: Yg aku beli itu bumbu merk Sajiku-produknya Ajinomoto & tentu aja ono MSGnya… makane meskipun bumbu instant rasane cukup enyak. Tapi mandeg ae ah tuku bumbu instant, nek mulih mending mborong santan Kara bubuk ae & bahan2 baking.Aku dadi kelingan sedulurku di negoro londo juga yg memang kalo makan kok “plain” banget yo… godog2an kabeh… kentang, kol… trus masak daging yo meng dibumbuin garem karo merico… bener sing mbak Sri ngomong, mrk males masak sing angel2, lebih fokus ke kegiatan lain ya (gardening & outdoor activities) daripada didapur terus…

    Boemboe instant Indonesia kayaknya banyak yang pake MSG ya? Kalau di sini sih enggak (paling enggak itu yang aku baca dari ingredients nya. Kata Leo juga nggak pake MSG karena di sini memang ketat peraturan kayak gitu. Cuma herannya vetsin bisa juga ditemukan di sini. Aneh yo?).Orang Belanda memang nggak suka dan males masak kok. Kadang malah yang laki-laki yang lebih pinter masak daripada yang perempuan. Pernah aku ngajari orang Belanda bikin gado-gado. Bumbunya supaya praktis pake pindakaas (peanut butter). Aku bilang sama mereka, kalau aku males masak, aku bikin gado-gado saja. Mereka kaget. Mereka bilang: “kayak gini males? Terus yang nggak males kayak apa?” Lha kan bingung aku. Gado-gado rak yo cuma nggodog sayuran thok to sama bikin boemboe? Paling banter ditambahi telur rebus sama tahu atau tempe goreng. Krupuk yang sudah gorengan bisa dibeli di supermarket. Kalau boemboenya saja pake peanut butter kan artinya nggak perlu nggoreng kacang segala. Memang sih aku lebih suka kalau bawang putih, cabe, kencur dan daun jeruknya aku tumis dulu sebelum diblender supaya bau wanginya keluar. Cuma numis saja kan yang agak sedikit usaha?

    Reply
  17. erm718 said: Yg aku beli itu bumbu merk Sajiku-produknya Ajinomoto & tentu aja ono MSGnya… makane meskipun bumbu instant rasane cukup enyak. Tapi mandeg ae ah tuku bumbu instant, nek mulih mending mborong santan Kara bubuk ae & bahan2 baking.Aku dadi kelingan sedulurku di negoro londo juga yg memang kalo makan kok “plain” banget yo… godog2an kabeh… kentang, kol… trus masak daging yo meng dibumbuin garem karo merico… bener sing mbak Sri ngomong, mrk males masak sing angel2, lebih fokus ke kegiatan lain ya (gardening & outdoor activities) daripada didapur terus…

    Wah, ha, ha,….Bu president konsekwen taat pada peraturan yang dibuat sendiri, dengan bumbu yang ada suka tidak suka dengan berat hati terpaksa ikut menghabiskan. Kalau tidak PM nya tidak mau mematuhi peraturan Ibu President.

    Reply
  18. ellytjan said: Wah, ha, ha,….Bu president konsekwen taat pada peraturan yang dibuat sendiri, dengan bumbu yang ada suka tidak suka dengan berat hati terpaksa ikut menghabiskan. Kalau tidak PM nya tidak mau mematuhi peraturan Ibu President.

    Iya nih tante, saya harus disiplin dan konsekuen. Tapi karena akhir-akhir ini saya menggunakan bumbu kotak, membuat saya untuk kreatif dalam menambah bumbu ke dalam bumbu instant. Misalnya untuk bikin teriyaki dengan bumbu Knorr, saya rendam beef nya selain dengan bumbu bubuk Knorr juga bawang putih bubuk dan lemon. Waktu memasaknya juga ditambah bawang bombay dan wijen yang disangrai. Kalau nggak ditambahin apa-apa, rasanya datar banget tante. Atau kemarin waktu bikin dagschotel, saya juga tambah cabai dll. Lain kali kalau bikin dagschotel lagi akan saya tambah nanas supaya rasanya tidak mblengeri. Kalau dipikir-pikir waktu yang digunakan untuk memasak dengan menggunakan bumbu segar dan bumbu kotak nggak jauh beda karena penambahan ini itu.

    Reply
  19. cutyfruty said: Iya nih tante, saya harus disiplin dan konsekuen. Tapi karena akhir-akhir ini saya menggunakan bumbu kotak, membuat saya untuk kreatif dalam menambah bumbu ke dalam bumbu instant.

    Syukur Leo punya President dapur yang memperhatikan dan baisa mengatur makanan rakyatnya. Kalau tidak hanya bikin peraturan tanpa memperhatikan, susah menjadi rakyat harus tunduk saja tanpa dilaksanakan peraturanya.

    Reply
  20. ellytjan said: Syukur Leo punya President dapur yang memperhatikan dan baisa mengatur makanan rakyatnya.

    Belinya juga pake uang rakyat kok tante…ha…ha…ha…Saya sih tinggal masak saja…

    Reply
  21. ellytjan said: Syukur Leo punya President dapur yang memperhatikan dan baisa mengatur makanan rakyatnya.

    waa presidentnya asyik nih…seger terus:)saya di sini cuma koleksi bumbu bamboe mbak, menurut mbak sri memper nggak tuh rasane?

    Reply
  22. zubiayusuf said: waa presidentnya asyik nih…seger terus:)saya di sini cuma koleksi bumbu bamboe mbak, menurut mbak sri memper nggak tuh rasane?

    Harus seger daripada sutris…he…he…he…Aku kalau nggak salah juga punya boemboe bamboe. Aduh…harus lihat lagi nih kadaluwarsanya. Walaupun punya bumbu bambu dan Indofood, tetap saja aku jarang pake. Menurutku sih bumbu bamboe harus tetap dimodifikasi, ditambahi bumbu segar lainnya untuk mendongkrak rasa. Tapi paling enggak rasanya masih jauh lebih baik daripada boemboe Conimex….

    Reply
  23. cutyfruty said: rasanya masih memper di lidah (apa bahasa Indonesianya memper? Pokoknya masih bisalah diterima oleh lidah.

    Memper bhs Indonesianya mirip.Aku baca ceritanya mbak, senyam senyum lho. Bahasa yang dipake itu lho, ada jé, ada memper, ada kepepet. Seru.

    Reply
  24. cutyfruty said: Aku nggak suka bumbu-bumbu kotak karena menurutku kok nggak seger gitu. Aku lebih suka pake bumbu segar daripada yang dari kotak. Jadi aku jarang banget pake bumbu kotak.

    Sama tho mbak. AKu lebih suka pake bumbu seger daripada bumbu instan, karena rasanya lebih enak kalau pake bumbu seger. Wong masakan Indonesia kuwi sebetulnya gampang. Karena banyak komponennya aja jadi keliatan ribet.Meskipun suka bumbu seger, aku punya bumbu Indonesia instan seperti rawon. Karena kluweknya itu lho yang susah. Belinya musti pesen melalui internet. Upsss salam kenal dulu nggih.

    Reply
  25. enkoos said: Memper bhs Indonesianya mirip.Aku baca ceritanya mbak, senyam senyum lho. Bahasa yang dipake itu lho, ada jé, ada memper, ada kepepet. Seru.

    Kalau dalam konteks ini memper apakah juga artinya mirip? He…he…he…nggak tahu….Senyum tidak dilarang….lha wong aku orang Jawa, jadi ya nggak bisa ilang Jawaku….sampai-sampai suamiku aku sulap jadi Jawa karena disuruh makan nasi tiap hari. he…he…he…

    Reply
  26. enkoos said: Sama tho mbak. AKu lebih suka pake bumbu seger daripada bumbu instan, karena rasanya lebih enak kalau pake bumbu seger. Wong masakan Indonesia kuwi sebetulnya gampang. Karena banyak komponennya aja jadi keliatan ribet.Meskipun suka bumbu seger, aku punya bumbu Indonesia instan seperti rawon. Karena kluweknya itu lho yang susah. Belinya musti pesen melalui internet. Upsss salam kenal dulu nggih.

    Memang betul, bumbu segar memang te-o-pe be-ge-te. Aku juga masih punya bumbu Indofood, bamboe terus apalagi lupa aku soalnya dikasih teman. Di toko Asia ada kluwak tapi kluwak kering. Pernah beli rasané jan blas nggak uenak babar pisan. Padahal sudah aku pilih yang nggak pahit, sudah aku kum (rendam) segala, tapi tetap saja kok nggak enak. Apa aku yang nggak pinter masak yo? Salam kenal juga ya….

    Reply
  27. enkoos said: Sama tho mbak. AKu lebih suka pake bumbu seger daripada bumbu instan, karena rasanya lebih enak kalau pake bumbu seger. Wong masakan Indonesia kuwi sebetulnya gampang. Karena banyak komponennya aja jadi keliatan ribet.Meskipun suka bumbu seger, aku punya bumbu Indonesia instan seperti rawon. Karena kluweknya itu lho yang susah. Belinya musti pesen melalui internet. Upsss salam kenal dulu nggih.

    Presiden dapurnya TOB, tegas & tidak KKN euy hehe….

    Reply
  28. cutyfruty said: Di toko Asia ada kluwak tapi kluwak kering. Pernah beli rasané jan blas nggak uenak babar pisan. Padahal sudah aku pilih yang nggak pahit, sudah aku kum (rendam) segala, tapi tetap saja kok nggak enak. Apa aku yang nggak pinter masak yo?

    Merek’e opo mbakyu? Pengalamanku nggawe kluwek, ra pahit ki? Aku belinya merk “Wayang”. Dan akupun nggak tau kalau musti direndem dulu. Atos2 dijegurke Food Processor.Kalau baca di resepnya mbak Ine, bumbunya ada 17. Aku tambahin blimbing wuluh mbakyu, suegerrrrr. Ini ilmunya ibunda tercinta. Kami punya pohon blimbing wuluh yang berbuah lebat sekali dan ibuku doyan blimbing wuluh. Masak rawon, masak soto, bikin sambel, sayur asem, wish mbuh opo maneh, pake blimbing wuluh.

    Reply
  29. airi75 said: Presiden dapurnya TOB, tegas & tidak KKN euy hehe….

    Dilarang KKN soalnya di sini, jadi ya gimana lagi. he…he…he…

    Reply
  30. enkoos said: Merek’e opo mbakyu? Pengalamanku nggawe kluwek, ra pahit ki? Aku belinya merk “Wayang”. Dan akupun nggak tau kalau musti direndem dulu. Atos2 dijegurke Food Processor.Kalau baca di resepnya mbak Ine, bumbunya ada 17. Aku tambahin blimbing wuluh mbakyu, suegerrrrr. Ini ilmunya ibunda tercinta. Kami punya pohon blimbing wuluh yang berbuah lebat sekali dan ibuku doyan blimbing wuluh. Masak rawon, masak soto, bikin sambel, sayur asem, wish mbuh opo maneh, pake blimbing wuluh.

    Merké lali. Waktu itu pahit, nggak tahu kenapa padahal itu aku baru beli. Wah enak ya punya pohon blimbing wuluh….

    Reply
  31. enkoos said: Merek’e opo mbakyu? Pengalamanku nggawe kluwek, ra pahit ki? Aku belinya merk “Wayang”. Dan akupun nggak tau kalau musti direndem dulu. Atos2 dijegurke Food Processor.Kalau baca di resepnya mbak Ine, bumbunya ada 17. Aku tambahin blimbing wuluh mbakyu, suegerrrrr. Ini ilmunya ibunda tercinta. Kami punya pohon blimbing wuluh yang berbuah lebat sekali dan ibuku doyan blimbing wuluh. Masak rawon, masak soto, bikin sambel, sayur asem, wish mbuh opo maneh, pake blimbing wuluh.

    logonya knorr mirip ma logonya royco klo di indonesia ya

    Reply

Leave a comment