Category Archives: indonesia

MFM #2 Edisi Juni 2009 : Indonesian Cuisine – Serundeng (Dendeng Ragi)

Posted on

Description:
Beginilah kalau ngga ada tukang sayur lewat. Bikin serundeng pake kelapa parut kering. Rasanya lumayanlah. Paling engga buat obat kangen. Lumayan buat stock disimpan di freezer, siapa tahu ada MPers yang bertamu, tinggal aku hidangkan.

Resep ini aku setor ke Pepy. Ini untuk meramaikan ajang MFM#2 Edisi Juni 2009 dengan tema Indonesian Cuisine. Thank you Pepy for organizing this event.

Aku menggunakan bumbu yang tersedia di dapur.

Ingredients:
500 gram kelapa parut kering (yang ada itu, dilarang protes)

968 gram daging sapi (dibuletin sekilo juga boleh)

500 cc air

70 gram gula Jawa (disisir)

1 sdm gula pasir

500 cc air (soalnya ngga ada air kelapa)

5 lembar daun jeruk purut

2 lembar daun salam

1 ruas lengkuas digeprak

10 sdm air asem (kalau air asemnya kental, bisa dikurangi)

1 genggam brambang (bawang merah) goreng

2 sdm minyak untuk menumis bumbu halus

Bumbu halus:

125 gram bawang merah

5 siung bawang putih

3 sdt ketumbar bubuk

1,5 sdt garam (atau sesuai selera)

Directions:
1. Tumis bumbu halus sampai harum. Tambahkan daun jeruk, daun salam dan lengkuas dan tumis lagi. Angkat.

2. Dalam satu wajan besar, campur semua bahan (termasuk bumbu halus
yang sudah ditumis) keculai brambang goreng. Pokoknya dicampur rata.

3. Masak sampai daging empuk dan kelapa menjadi kering kecoklatan. Diungkep ya, sekali-sekali diaduk supaya ngga gosong.

Kalau daging masih belum empuk, bisa tambahkan air panas dan kemudian dimasak sampai empuk dan kelapa kering kecoklatan.

4. Kalau sudah kering, masukkan brambang goreng, aduk rata kemudian angkat.

Hidangkan dengan nasi anget, sambal dan lalap. Atau dimakan pake pecel yo enak. Buat teman makan nasi uduk juga oke. Pokoknya suka-suka deh, sesuai selera.

Image Hosted by ImageShack.us

Air Goreng

Posted on

Ketika pulang, aku sodori sepiring makanan buat Leo. Dia tanya:

“What is this?”

“Just taste it….”

Dia kemudian mengambil satu biji dan mencicipi.

“The taste is like kering kentang. So, what is this?” Dia bener-bener penasaran.

“Penne goreng”

“Penne goreng? Penne the pasta?”

“Yes, penne the pasta. Niet slecht, toch (not bad, isn’t it?)”

“Unbelievable…..it is miracle….I am always amazed how Indonesian invents new recipes…..”

Dia geleng-geleng kepala, nggak mudeng. Setahu dia yang namanya pasta ya dimasak sesuai pakem: direbus terus ditiriskan, terus dikasih saus merah atau putih atau ijo, terus atasnya ditaburi keju. Atau kalau nggak ya dipangganglah kayak bikin macaroni schotel atau dibikin salad. Pokoknya nggak pernah dia makan pasta goreng. Lha ini kok malah digoreng dibumbui kayak kering kentang.

Waktu itu aku baca postingan Mama Hanna tentang macaroni goreng. Resep asli ada di sini. Terimakasih Mama Hanna for sharing the recipe. Kebetulan punya bumbu kering kentang sisa. Daripada buang bumbu sedangkan males nggoreng kentang, aku bikinlah penne goreng karena kebetulan nggak punya macaroni. Seperti kata Mama Hanna, rasanya lumayan. Renyah juga kok. Cuma memang nggak aku kasih teri ataupun kacang. Bagi yang males bikin kering kentang, pasta goreng ini menjadi salah satu alternatif, mudah, cepat bikinnya, nggak susut dan rasanya lumayanlah. Selain itu juga renyah.

Leo selalu mengatakan bahwa orang Indonesia sangat kreatif dalam memodifikasi resep, bermain dengan resep, dan menciptakan resep baru. Bahkan dia bilang kadang kita ini terlalu kreatif. Buktinya? ya pasta goreng ini. ha…ha…ha…

Dia bilang:

“One day when I get home, I am not surprised if my wife makes air goreng for me……”

Ha…ha…ha…

Aku masih tetap orang Indonesia…

Posted on

Ketika Leo pulang kantor, dia ngelihat aku sedang mengupas kentang. Dia senyum-senyum:

“Home industry?”

Aku jawab iya. Maklum…pengin mencari sesuap berlian yang dulu pernah aku ceritakan di sini. Kali ini eksperimen lagi karena dulu sempat gagal. Dia bilang:

“I never realize kalau di rumahku akan ada home industry……”

“I am still an Indonesian…..ha…ha…ha…”

“That was what I wanted to say…….”

Ingatan kami back to several years ago ketika Leo pertama kali mengunjungiku di Indonesia. Waktu itu kami belum menikah. Dia terkagum-kagum dengan banyaknya tenda-tenda makanan di sepanjang jalan Margonda Raya Depok.

“My God….unbelievable……is this Indonesia? Tiap 10 meter kok ada tenda makanan. No wonder you cannot loose weight…..it is so easy for you to get food here……food….food….food everywhere…”

Emangnya Londo yang harus semuanya serba tertata, semua harus jadi anggota KvK (Kadinnya Belanda) bahkan untuk sektor informal di pasar, semua harus serba higienis, semua harus bayar pajak, buka warung harus ada ijin, buka warung harus punya diploma atau sertifikat tertentu, semua harus mengikuti peraturan, kalau nggak ngikutin peraturan kena denda.

Aku bilang sama Leo, kalau Indonesia harus ngikuti carané Londo, banyak orang akan kelaparan. Peraturan kok kaku banget, nggak fleksibel.

Yang bikin dia heran lagi adalah setiap kali ketemu teman, kerabat, sanak saudara pasti acaranya makan. Ketemu di Pasaraya makan, ketemu di rumah saudara disuguhi makan, ketemu di Sarinah makan lagi. Pokoknya makan, en makan, en makan nggak peduli lunch atau dinner. Sampai-sampai dia ngomong:

“Orang Indonesia kalau ketemu selalu acaranya makan-makan ya…..”

“Lha kalau enggak, terus ngapain coba?…..” Iya to?

Catatan: gambar yang aku pasang adalah gambaran sektor informal makanan yang aku ambil ketika kami ke Bandung.

Mengapa lapis legit disebut spekkoek?

Posted on

Atau malah kebalikan ya? he…he…he…tapi kata Leo, spekkoek berasal dari kata “spek” dan “koek”. Huruf “e” dalam kata “spek” dibaca seperti huruf “e” dalam kata “ember”, bukan huruf “e” dalam kata “Medan”. Sedangkan koek dibaca “kuk”. Jadi sekarang tahu kan bagaimana mengucapkan kata “spekkoek”? Dan jangan lupa pula kalau kata “spekkoek” mengandungi 2 huruf “k” yaitu dari kata “spek” dan kata “koek”. Jadi yang betul penulisannya adalah spekkoek bukan spekoek.

Spek sendiri artinya bacon. Kalau dari wikipedia di sini, disebutkan kalau spek artinya daging babi yang banyak mengandung lemak, biasanya bagian perut dan punggung. Tapi spekkoek memang tidak mengandung pork. Tapi kemudian mengapa disebut spekkoek? Ini karena kemasan spek biasanya disusun berlapis-lapis. Misalnya seperti pada gambar di bawah ini:

Ini adalah spek yang kebetulan sudah di-marinate

atau seperti ini:

Koek artinya adalah cake. Karena lapis legit penampakannya juga berlapis-lapis (kalau nggak berlapis-lapis kan nggak bakalan disebut lapis legit yak?), maka dalam bahasa Belanda, lapis legit disebut spekkoek. Jadi sekarang tahu kan kenapa lapis legit disebut spekkoek? Atau malah spekkoek disebut lapis legit?

Catatan: gambar aku ambil dari supermarket Albert Heijn. Cuma ngambil gambar doang, karena kami nggak makan pork, maka nggak beli. Ini ngambilnya juga pake HP dan nyolong-nyolong, takut ketangkep. he…he…he….