Monthly Archives: October 2007

MFM #8: Tumis baby corn

Posted on

Berhubung sudah diuber-uber sama presiden terpilih MFM #8 aka diajeng Haley, akhirnya jadilah tumis baby corn ini.

Aku pake baby corn kalengan (wong belum pernah lihat baby corn segar di sini). Mau metik jagung (di kebon orang), ternyata tanaman jagung di desaku belum ada yang panen (lihat gambar di bawah). Mau beli jagung di supermarket atau pasar, males soalnya sering hujan.

Ini resep kefefet (yang semua orang pasti sudah tahu to?), daripada ditanya mulu sama sang presiden. Mau dibilang nggak kreatip yo biarin, yang penting Leo dikasih makanan ini langsung anteng dan makan banyak walaupun tanpa daging ataupun ikan. Yang jelas bagus untuk dia karena dia punya darah tinggi dan kolesterol tinggi.

Karena pengin beraroma minyak wijen dan jahe, maka aku tambah kedua jenis bahan ini walaupun makanan ini cenderung vegan. Nggak pake jahe sebenarnya juga nggak pa-pa wong nggak amis. Ini salah satu menu harian kami yang tahu diri kalau sudah mulai sepuh (tua) untuk mengkonsumsi daging dan sejenisnya.

Bahan:

1 kaleng baby corn, potong serong

1 buah tahu (325 gr), potong-potong dan goreng (matang atau setengah matang)

2 wortel potong-potong, potong-potong

1 genggam kembang kol, potong-potong kuntumnya

1,5 genggam kapri

100 gr jamur merang, potong-potong

2 genggam kacang polong (aku pake yang frozen)

1/3 paprika merah, potong-potong

1/3 paprika kuning, potong-potong

1 buah bawang bombay (75 gr), cincang

4 siung bawang putih, cincang

1,5 cm jahe diparut atau dicincang halus

1 batang daun bawang, potong-potong

2 sdm olive oil untuk menumis (bisa minyak goreng lainnya)

2 sdt minyak wijen

200 ml air atau kaldu (bisa kurang bisa lebih tergantung selera. Aku pake air)

2 sdt maizena larutkan dengan sedikit air (optional)

Saus (campur jadi satu):

1 sdm olive oil (atau minyak goreng lainnya atau air)

1/2 sdt merica bubuk

1/2 sdt garam

1 sdt gula pasir

1 sdm saus tiram

1 sdt kecap manis

1/2 kaldu blok

Cara:

1. Panaskan minyak dan tumis bawang putih dan jahe sampai harum

2. Masukkan bawang bombay dan tumis lagi

3. Masukkan wortel dan tumis hingga setengah matang (atau 1/4 matang kalau suka renyah)

4. Masukkan kembang kol, tumis sampai layu

5. Masukkan kapri dan paprika

6. Masukkan jamur merang dan daun bawang

7. Masukkan saus dan aduk rata.

8. Masukkan air sampai mendidih

9. Masukkan tahu goreng

10. Masukkan larutan maizena. Cicipi dan koreksi rasa

PS. Muhun maap gambarnya kurang tajam en terlalu gelap, padahal aslinya warna-warni kayak pelangi. Suwer….

Ini lho bu presiden, kalau nggak percaya, tanaman jagung di desaku belum panen…..

Akhirnya berhasil….sueneng aku…

Posted on

Horeeee….akhirnya berhasil. Ini nyontek mbak Esther lagi. Terimakasih ya mbak Esther atas tips dan resepnya. Muuuaaachhh…..

Dari dulu aku nggak pernah bisa bikin kering kentang yang bisa renyah. Sudah coba berbagai resep, gagal mulu. Bingung aku, orang-orang kok pada pinter, aku kok gagal mulu. Untung masih bandel, nggak mau nyerah, akhirnya jadilah kering kentang yang renyah ini. Aku pake tipsnya mbak Esther dengan cara merendam kentang dalam air panas. Selain itu aku juga pake tips dari Leo dalam menggoreng (aku sering lihat gimana Leo nggoreng brambang dan cara itu bisa ditiru untuk kentang. Londo malah lebih pinter nggoreng brambang (bawang merah) daripada aku yang Jowo. hi…hi…hi…). Dia malah kasih tip supaya pake serbet untuk mengeringkan kentang.

Salah satu kesalahanku dulu adalah nggak sabar, nggak bisa ngiris secara konsisten. Leo bilang aku disuruh pake food processor saja. Dan dalam beberapa menit (atau malah detik ya), 1,2 kg kentang sudah teriris dengan rapi.

Di resep asli pake 1 kg kentang dan teri serta kacang. Berhubung aku cuma pengin belajar bikin kering kentang saja, maka aku nggak tambahin kacang dan teri (apalagi Leo punya darah tinggi). RESEP ASLI DARI MBAK ESTHER ada disini.

Ini nih resep dan caranya:

Bahan:

1,2 kg kentang

1 sdm bawang putih cincang goreng (mau ngalusin males, jadi dicincang saja sebelum digoreng)

1 sdm brambang (bawang merah) goreng (tapi aku lupa).

Bumbu:

2 sdm gula merah (aku pake gula aren)

1 sdm gula pasir

1 sdm sambel oelek (males mau nggiling cabe)

1 sdm air asem yang kuentel banget. Aku pake tamarind ekstrak beli di supermarket.

1 cm laos cincang halus

2 lembar daun salam

3 lembar daun jeruk

Air dingin

Air mendidih

Nggak pake garam karena sambel oelek sudah asin (sambel yang dulu aku cela, wong sambel kok uasin dan kecut). Merk sambel oelek yang aku pake ada di sini.

Cara:

1. Rajang kentang. Aku pake food processor. Wuuut…dalam itungan detik, 1 kentang sudah teriris rapi.

2. Cuci kentang sampai tidak keruh airnya. Aku cuci 2 kali.

3. Tiriskan kentang dan kemudian masukkan dalam baskom atau panci.

4, Masukkan air panas dan rendam dalam air panas dan biarkan sejenak.

5. Tiriskan kentang YANG AKAN DIGORENG SAJA. Yang belum akan digoreng, tetap direndam dalam air panas. Aku malah tutup pancinya supaya air tetap panas.

6. Tip dari Leo: taruh kentang yang akan digoreng dan sudah ditiriskan di atas serbet dan dilap supaya kering. Ini supaya air cepat hilang dan untuk menghidari busa yang terlalu banyak waktu di goreng.

7. Goreng kentang semuanya sampai kering.

8. Campur gula merah, gula putih, air asam, dan sambel oelek, daun salam, laos dan daun jeruk

9. Masak bumbu di atas api sampai mengental tapi tidak berbusa. Kemudian matikan api.

10. Masukkan kentang dan campur rata. Kemudian masukkan bawang putih yang sudah digoreng.

Kata mbak Esther kalau kering kentang nya lemes ketika dicampur bumbu, itu artinya bumbunya masih kurang kental (terlalu banyak air). Kata blio, tinggal dioven saja dengan suhu 160 derajat Celcius selama 30 menit atau sampai kering supaya renyah lagi.

TIPS DARI LEO UNTUK MENGGORENG (aku belajar dari dia bagaimana menggoreng brambang supaya renyah dan supaya minyak tidak tumpah):

a. Gunakan minyak banyak dan panas. Kalau nggak panas, hasi gorengan akan berminyak.

b. Aku biasanya nggoreng pake panci dan minyaknya tidak
sampai penuh untuk menghidari tumpahnya minyak.

c. Setelah minyak panas, karena aku penakut, sebelum kentang dimasukkan aku kecilin dulu apinya sampai minimum, baru kentang aku masukkan.

d. Masukkan kentang ke minyak sedikit demi sedikit, sejumput demi sejumput. Begitu sejumput masuk, minyak akan berbusa naik. Tunggu sampai busa minyak turun atau agak turun dulu, kemudian masukkan sejumput lagi, begitu seterusnya. Ini untuk menghindari minyak tidak tumpah.

Jangan khawatir kentang tidak akan mateng barengan. Pengalamanku kentang tetap akan mateng barengan. Karena ketika kentang dimasukkan, suhu minyak akan turun drastis dan air dalam kentang akan mulai berevaporasi (inilah mengapa kemudian minyak berbusa karena busa tersebut berasal dari air dalam kentang).

e. Besarkan api lagi (aku paling berani cuma 3/4 nggak sampai maksimum. Kalau Leo sih berani sampai maksimum)

f. Sekali-sekali diaduk supaya matengnya rata.

g. Bagaimana mengetahui kentang sudah renyah? Bila busa sudah menghilang artinya kentang sudah mateng renyah. Artinya kandungan air dalam kentang sudah hilang. Biasanya aku angkat sebelum busa menghilang sama sekali. Setelah diangkat dari minyak biasanya kentang masih akan mengalami proses pematangan.

Horee….sekarang punya kering kentang untuk lebaran……Tinggal bikin rendang, sambel goreng sama lontong. Snack sudah punya yaitu kacang bawang dan kaasstengels goreng.

Sekali lagi terimakasih ya mbak Esther. Aku seneng banget…huuugggsss….

Kaasstengel goreng

Posted on

Selain kacang bawang, kami juga membuat kaasstengel. Aku menyebut kami, karena Leo juga ikut bantuin banyak dalam pembuatan makanan ini (terutama waktu menggiling).

Di Indonesia orang membedakan antara cheese stick dan kaasstengel. Kalau cheese stick biasanya berbentuk ramping pipih dan digoreng, sedangkan kaasstengel berbentuk seperti telunjuk dan dipanggang atau di-oven.

Padahal dalam bahasa Belanda cheese stick artinya sama dengan kaasstengel karena kaas = cheese atau keju dan stengel = stick atau batang. Jadi kaasstengel = cheese stick.

Tulisan kaasstengel menggunakan 2 huruf “s” karena 1 huruf “s” kepunyaan “kaas” dan 1 huruf “s” lainnya milik “stengel”. Kalau bentuk jamak menjadi “kaasstengels” dengan huruf “s” di akhir kata. Pengucapan kata “kaas” pun harus dengan “a” yang panjang karena ditulisnya “kaas” bukan “kas”. Seperti umumnya kata-kata dalam bahasa Belanda, “kaasstengel” ditulis dalam 1 kata bukan 2 kata walaupun mengandungi 2 kata yaitu “kaas” dan “stengel”

Leo menyebut makanan ini sebagai kaasstengel. Dia bener-bener suka banget makanan ini. Dia bilang: “This is the best kaasstengel I have ever had…....” Maklum di Belanda dia belum pernah menemukan kaasstengel seenak ini. Kaasstengels yang dijual disini biasanya bentuknya guede sekali. Aku belum pernah melihat kaasstengels Belanda yang digoreng, selalu yang dipanggang. Makan separo sudah mblenger tapi rasa kejunya nggak setajam yang kami buat.

Walaupun dia awalnya ngomel-ngomel karena mesin pasta yang kami gunakan tidak bagus (maklum wong murah), tapi begitu merasakan hasilnya, hilanglah semua kekesalan tersebut.

Waktu itu kebetulan kami punya simpanan Goudse kaas (keju Gouda), 48+, oud (tua). Aku pernah membuat ulasan tentang keju Belanda di sini. Seharusnya sih pake keju Edam, tapi aku nggak punya. Tapi Goudse kaas yang 48 + dan oud (tua) ini sangat mantap rasanya.

Resepnya aku dapat dari milis yang sumbernya sebetulnya dari Primarasa Femina.

Bahan:

200 gram terigu (aku pake lebih karena masih terlalu lembek untuk digiling)

30 gram tepung sagu atau kanji (aku juga libihin)

1/2 sdt merica

1 sdt garam (aku pake 1/2 sdt karena keju yang aku pake keju tua, jadi sudah asin)

150 gram keju Edam parut halus (aku pake 170 gram Goudse kaas/keju Gouda, 48 +, Oud/tua)

75 gram margarine lelehkan (aku pake mentega)

2 butir telur kocok sebentar (aku kocok lepas saja)

1 sdm air bila perlu (aku nggak pake karena itu saja sudah kelembekan)

1000 ml minyak goreng

Cara Membuat:

1. Campur terigu, tepung kanji, merica, garam dan keju parut dalam mangkuk. Aduk hingga rata. Masukkan mentega dan telur. Uleni hingga kalis atau licin.

2. Bagi adonan menjadi 3 bagian dan gilas masing-masing adonan menjadi pipih. Aku malah bagi menjadi banyak karena mesin pasta kami nggak mampu untuk menggiling kalau cuma dibagi 3.

3. Potong-potong dan goreng.

TANYA DONG:

Ada yang punya tip nggak gimana cara menggoreng kaasstengels? Aku sebel banget karena setelah beberapa kali gorengan, minyaknya terus mumpluk berbusa bahkan sampai tumpah. Padahal aku nggorengnya pake panci besar dan isi minyaknya cuma 1/3 bagian. Setiap kali minyaknya naik, aku berusaha untuk menyendok dan memindahkan ke wadah lain, tapi gitu lagi gitu lagi…..

Akhir Cerita:

Setelah selesai bikin kaasstengel ini, kok ya mesin pastanya rusak. Padahal baru dipake sekali (wong belinya juga murah). hiks…hiks…hiks…..

Tapi yang jelas kata Leo: “Het is erg lekker……uenak tenaaaaannnnnnn. This is the best kaasstengel I have ever had…..”

Karena uenak tenan (empuk tapi renyah garing dan berasa banget kejunya), Leo (aku juga ding) sulit nyetop makan kaasstengels ini. Lha wong bikin hari Sabtu, maksudnya untuk lebaran, lha kok Senin sudah habis separo (padahal jadinya banyak lho).

Padahal dia sudah aku jatah, cuma boleh makan yang dalam toples kecil, maksudnya setoples untuk 2 hari. Lha kok belum sampai sehari (boro-boro sehari, wong cuma beberapa menit), kaasstengelsnya sudah amblas. Lha kalau gini apa ya nyampe lebaran ya….mau bikin lagi (persediaan keju sih masih ada), mesin pasta sudah rusak…..hiks…hiks…hiks…

Mleceti kacang untuk bikin kacang bawang…

Posted on

Pake resepnya bu Elkaje alias mbak Ine. Terimakasih ya mbak Ine…..huugggsssss….

Harus pake kacang yang sudah plecetan. Kebetulan nggak punya. Mau ke toko Asia jauh dan mahal ongkos transportnya kalau cuma sekedar mau beli kacang plecetan. Itupun kalau ada. Karena di rumah ada kacang nganggur, daripada bubukan maka aku mulai mleceti. Harus direndam pake air panas dulu supaya gampang mlecetinnya.

Jadi ingat masa muda dulu, kalau mau lebaran mleceti kacang satu per satu. Maklum dulu nggak ada yang jual kacang plecetan. Waktu Leo pulang, dia juga ikut bantuin mlecetin. Cuma dia ternyata kurang sabar, akhirnya dia pake food processor. Memang betul lebih cepat, tapi ternayata ada yang hancur juga. Kan susah nggorengnya kalau gini. Akhirnya aku milihin lagi satu per satu, misahin antara yang ancur dari yang utuh untuk digoreng terpisah. Jadi malah lama lagi deh. Tapi ya sudahlah…maksud dia juga baik, pengin bantuin istri mlecetin kacang. Yang penting kan hasilnya enak, bisa untuk berlebaran.

Ini nih resepnya bu Elkaje:

Ingredients:


1 kg kacang kupas, tanpa kulit ari (aku dan Leo harus mlecetin dulu, sekilo jé…..hiks..hiks…hiks…)

50 gr bawang putih (aku lebihin maklum suka bawang putih)

10-15 gr garam (nggak aku ukur, wong males)

50 cc air

4 sdm sledri iris halus (aku lebihin biar lebih wangi)

minyak untuk menggoreng

Directions:

– Jemur kacang di bawah sinar matahari. (kira kira setengah hari). Kacangnya nggak aku jemur. Lha gimana, wong sudah mulai autumn, susah nyari sinar matahari. Nggak hujan saja sudah untung. Akhirnya setelah kacang diplecetin, aku diamkan semalam supaya kering. Kalau perlu ditaruh di baki (lha nggak punya tampah) supaya cepat kering.


– Uleg bawang putih dan garam sampai halus, tambahkan air

– Campurkan bumbu pada kacang, aduk rata, diamkan 10 menit.

– Goreng dengan minyak banyak, dengan api sedang saja. Kalau terlalu panas (api besar), kacang kurang matang bagian dalamnya)

– Goreng sambil di aduk-aduk terus, hingga berwarna kuning pucat.

– Angkat segera di tirisan, taburkan seledri, langsung aduk agar seledri
tercampur rata dan garing karena panasnya kacang.

– Gelar di atas kertas penyerap, agar kelebihan minyak terserap dan biarkan kacang dingin.

– Simpan dalam toples.

Note dari mbak Ine:

– Saat menggoreng, jangan tunggu kacang berwarna kecoklatan, karena proses pematangan kacang masih terus berlangsung meski telah diangkat dari minyak.

– Menjemur kacang, untuk membantu mengeringkan kacang, dan cara ini cukup efektif untuk menghasilkan kacang yang garing tapi tidak keras kemletuk :-))

– Selain seledri sebagai sensasi aroma, jika suka, bisa juga dengan ebi sangrai yang di haluskan.

Catatan Sri: siap lebaran sekarang…..horeeee…..lebaran-lebaran punya kacang bawang seledri….

Kecian deh gue….

Posted on

Dulu aku paling nggak suka makan kurma. Perasaan kok manis banget, nggak tahan betul. Sampai-sampai aku berpikir, ini manisan kali ya. Kalau ada yang kasih kurma kami sekeluarga bingung bagaimana menghabiskannya. Ujung-ujungnya paling dikasih ke orang lain. Lha kalau nggak suka dan sudah mencoba tetap saja nggak suka, apa ya mau dipaksa.

Kebetulan Mama Hanna menulis tentang kurma segar di sini. Thanks ya Mama Hanna. Penasaran juga nih pengin tahu kayak apa yang namanya kurma segar. Kebetulan 2 minggu yang lalu di pasar nemu kurma segar. Waktu itu malah nggak tahu kalau itu buah kurma (maklum cuma pernah ngelihat gambarnya doang, dan itupun juga lupa). Selama ini nggak pernah memperhatikan, cuma kalau ada kurma di pasar, aku pikir ini buah apa ya, kok kayak kokosan (kecian deh gue kagak tahu…..).

Di sini kurma disebutnya dadels dan aku yakin itu import. Untuk memastikan aku tanya penjualnya, apakah betul dadels itu kurma. Penjualnya bilang iya. Masih juga aku tanya lagi: ini yang untuk makanan di bulan Ramadhan itu kan? (banyak pedagang di pasar yang berasal dari Maroko, jadi banyak yang muslim). Penjualnya bilang iya lagi. Akhirnya kami beli sekilo. Pengin nyobain dulu, suka apa enggak.

Ternyata setelah mencicipi, enak lho. Ternyata kurma segar itu rasanya manis tapi manisnya nggak bikin eneg. Hi…hi…hi….baru tahu…..kecian deh gue….. Ternyata Leo juga suka. Dulu dia juga nggak suka kalau ditawarin makan dadels yang manisan (bener nggak sih manisan? Soalnya aku lihat kurma yang kematengan penampakannya beda dengan yang “manisan”).

Hari Sabtu lalu ketika ke pasar lagi, kami nemu kurma lagi. Bahkan jauh lebih bagus kualitasnya daripada yang kami beli 2 minggu yang lalu. Langsung borong 2 kilo…. lha kok kebetulan ada yang harga murah. Aku dapat yang sekilo harga 1 Euro, padahal di tempat lain 1/2 kilo harga 1,25 – 1,5 Euro. Tapi yang harga 1 Euro kualitasnya juga bagus, masih segar bahkan agak kehijauan sama dengan harga yang mahal. Mungkin ini rejeki bulan Ramadhan ya. Sekarang aku bisa menikmati kurma kalau berbuka…..alhamdulillah….

Catatan: gambar yang aku pasang ini adalah gambar kurma yang aku beli 2 minggu yang lalu. Ada yang masih segar tapi ada yang sudah kematangan. Tinggal sedikit soalnya sudah banyak yang dimakan. Ini cuma sisanya doang yang sempat difoto.